Kamis, 10 September 2009

aku hanya seekor merpati

kini aku hanya seekor merpati
terbang seperti awan
bertemankan langit
yang tak lagi membutuhkan daratan
yang bernapaskan kemunapikan

aku hanya mendengar
aku tak bisa melihat
ketika anak negeri berselimutkan putus asa
aku hanya mengis tanpa airmata
menatap jauh kehancuran bangsaku
menggugah siapa saja yang melihat
dari pengasingan yang mampu tumbuhkan
helaian sayapku ingin aku menyapa
hentikan kesombongan para pemuka
tapi adakah yang tersenyum untukku
tapi adakah tangan tempatku bersandar
ketika peluru-peluru mereka
mencabik-cabik sayapku
akankah ada .....
terlahir suatu ...
mungkinkah ada
tapi dia hanya diam berpakain tak selajimnya
berontak tapi takut mati
akankah ada merpati kembaran seperti aku
menemaniku di ruangan gelap
dan berbagi waktu
dengan pemikiran revolusi
ataupun seberkas bayangan berwujud seperti hantu
mengajariku dan aku murid terbaiknya
menguatkanku dengan syair perjuangan!
ketika jasadku telah menjadi tanah

aku hanya seekor merpati
terdiam di balik awan
menanti tiba saatnya
bukit-bukit hijau
melahirkan jiwa-jiwa kesatria
dengan pakaian perang serta pedang terhunus
menantang kejaliman
dengan sebatang pena mengukir kemegahan
dan dengan sekuat tenaga bergandengan tangan
hingga matahari pun takut dengan impian mereka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar