Senja datang tiba tiba
Enyahkan erangan terpancar di saluran pelangi
Kicauan burung menanti senyuman
Segala risalah hati menyambar menyentuh jiwa
Hari esok akankah kembali
Menurut waktu terpancar kemiskinan anak negeri
Berlari senja menampar kemarahan langit
Terdiam diatas kezaliman penguasa
Bangga akan kebinasaan para laknat di jembatan
Beralaskan kardus dan dinginnya membunuh idealisme
Terlahir pun enggan untuk hidu
Kesepian mentari menyelimuti naluri
Kutanyalan pada pelngi yang tergantung di langit siantar
Tak menyerupai seindah mimpi
Kembali cinta tersudut di ambang persawahan
Tenaga terbayar dengna erangan keserakan
Mengutuki siapa saja yang di depan menantang
Hidup adalah kesejahteraan anak negeri
Terlunaskan di pembangkangan
Pikiran mewarnai dengan seribu kesombongan
Sandaran gelora ketakutan akan sebuah tujuan negeri
Kini di pertanyakan dihadapan mahkamah konstitusi
Penguasa bernyali dlam sederet kecongkakan
Menjadi aktor di kala negeri berkabung
Apa yang harus kita perdebatkan
Hanyalah sandiwara kebodohan
Tenggelam selagi bisa lari
Melihat saja kita tertawa
Apakah masih ada yang ditertawakan
Ketika anjing anjing mentri sibuk nerimajinasi
Apakah masih ada di tawarkan
Ketika anak negeri tersangkur di persawahan
Apakah ada yangkan kita bicarakan
Bila dengkuran sang penguasa menjijikkan
Besok akan tambah lagi penghecut di negeri ini
Menyesal hidup tanah pertiwi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar