kuhanya terpaku di dalam kehampaan
ketika suaramu terdengar tak segagah yang dulu
emosi berkecamuk seperti aungan serigala
menerkam di sisa ketuaanmu
selimutmu tak lagi setia menahan kedinginanmu
engkau sandarkan tubuhmu berbalut keriput
memandang langit menghisap sebatang tembakau
dengan tajam pikiranmu berkelana
ke langit ke tujuh
mengingat istrimu tercinta
aku tahu
tapi aku hanya membisu
bila lonceng natal berbunyi
aku juga sama
merindukan mempelaimu
inginku bercerita
inginku bernyanyi
rindu ini menjelma seperti sebuah tangisan rindu
kusebut diantara sudut yang bersiku
di langit inginku sampaikan rindu ayahku yang dalam
di balik kenangan sebuah poto
ketika masih muda
yang kusebut namanya ibu
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar