hanya bisa tersenyum
ketika taraktor itu membelah tempat tinggalku
kuhanya bisa tertawa
menatap ayah berlari
menyelamatkan perabot rumah
kuhanya terdiam
barisan berseragam tertawa di balik kemanusiaan
kuhanya bisa seketika menangis
buku-bukuku berserakan di tanah
menjadi sahabat terpenting
menantang bodohnya aku
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar