Beban langkah hidup tlah yerbiasa
Berlari tergantung di puing romantika
Kecapan waktu tlah tersandung
Seperti irama musik menampar hidupku kembali
Luka dam membahana
Menerjanh dinding dinding keangkuhanku
Bak senja menghantui dekapan mentari
Terbunuh di kegalauan masa depan
Apakah yg terlahirkan dri persengkokolan
Apakah negeri inikan selalu membujang
Perawan yng tergadai di semenanjung selatan
Bahkan lebih dri lukisan para ningrat
Sembari perih menantang jiwa yg tlah menyerah
Kita berserakan di ambang jendela indonesia
Meneriaki kekalahan di sepanjang jalan
Beriringan dengan kehilangan moral
Terjepit di dua sisi
Sisi yang satu serigala namanya
Sisi yang disini kambing rupanya
Menjelma dan bertutur kata
Bijak dan pemerhati pencaplok angkara
Keheningan senja di tepian lauatan
Tergambarkan memang
Risau hati para bangsaku
Menatap jauh ke langit atas
Mulutnya menengadah ke langit dengan untaian doa
Doa yg terselip diambang kematian
Apakah yang datang menjadi hina?
Surgawi bertepuk dada
Gunung gunung $embanjiri kegelisahan saudara
Hewan berilham akan kebuasan seperti di colosum romawi
Rakyat dibaiarkan tanpa pangeran
Pemimpin mengais kekayaan di bintang tujuh
Korbankan apa yang di korbankan
Beli apa yang namanya kehormatan
Dan jual kemunafikan dengan kesombongan
Jalan darah seperti taman langit
Jalan berdebu bergumam di napas ilahi
Seperti apakah rupawan yang di nanti..
Banyak berbaris anak bangsa di ruas ruas persimpangan
mata lesu menahan lapar
Suaranya lantang kobarkan kerakusan dan matanya merah menuntut keadilan
Bagian terkecil dri pengharapan
Rencana masa depan
Dipertaruhkan di buku buku pejuang
Kita tertinggal dan terjungkal
Berserakan di hamparan langit malam...
Tanpa tujuan dan tanpa masa depan
Di atas pemimpin terlahir sebagi penhecut
Cepat mati susilo...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar