Senin, 30 Januari 2012

anak negeri

Malam yang sepi kembali menjarumi stiap detik tulangku
Mneghela naps di tandusnya tanah gersang
Berbagi cerita di atas langit
Berpijakan di tanah kebanggaan
Mengaliri jalan dengan penuh kegagahan
Masih seperti yang dulu
Masih menyirani negeri
Dihutan hutan kami bersembunyi
Menanti fajar menyapa di ufuk timur
Demi negri yang nanti
Biarlah waktukan menjadi perisai bagi kami
Bertempur dengan jiwa yang takkan kalah

Kutahbiskan awan putih di pikiranku
Teringat dan terbayang sejuknya air di hulu sungai
Mengintipi sang impian di balik batu
Hanya cinta yang mengalir di daun bunga kembang
Siratkan rindu yang terhenyak bagai terikat di alam liar
Mengangkangi kedaulatan dengan tangisan bayi bayi
Kejahatan di abaikan dengan tumpah darah
Mengais ke depan dengan senjata di tangan
Siapapun lawan tiada ku gentar
Selama indonesia tetap negeri tercinta
Kami sebarisan dengan pemuda bijaksana
Mati yterhempas di atas senja
Tertidur di selokan bagai tikus
Menyeruak ganasnya seperti harimau
Menghantam bagaikan angin topan yang siap menghadang

senja itu tlah menghabisi kegundahan hati
Satu persatu sahabat terhembas ke tanah
Fajar di sebelah timur menyeruak menghabisi kegelapan
Teriakan kematian menghela di ujung klematian
Suara tembakan teriakan kami untuk bersiap bertempur
Musuh di depan laksana pasukan kavaleri roma
Beringas bagai meriam di istana esbeye
Kecongkakan dengan ideralisme orang gila
Pencitraan bagai putri monalisa yang giginya ompong
Semuia orang tahu dia tercipta bagaikan kumbang
Krana dengan lagunya menggambarkan kebodohan
Mundur teriak sahabat yang ada di depan
Langkahku terhenyak dengan takut yg dalam
Dan sekejap kakiku enggan uintuk berlari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar