Senin, 19 September 2011

karuniamu

kasihmu yang mengalir bukanlah kekutanku
kasihmu menyapa dihamparan manusia kalah
berdiri tegak menyongsong sang mentari
disinilah kami berasal
terdiam diantara kebobrokan bangsa ini
berlari ke sudut sudut kehampaan bangsa ini
terpancar sebuah adegan adegan yang menjijikkan
hilang dan pergi berganti kembali
seperti para kecoa hanya mampir sejenak tawarkan aroma busuk sedetik
lalu pergi ke gelap terowongan
membuat kita gelengkan kepala

tuhan engkau dengarkah tangisan para manusia kalah
mengangkat tombak dengan sekuat tenaga
enggan engkau menyapa dibalik awan awan
atau apakah ini hanya sebuah pertanda
kekeringan melanada negeri dengan tangisan si miskin
bijakkah kami hanya selalu bertapa
inikah pembalasan dari semua doa doa kami
hanya menanti
hanya menunggu
saat saat itu menjadi sebuah kenangan
keputus asaan kami tlah menyebar laiknya seperti pasir di tepian tebing
bingung dan kalah tlah menyelimuti tidur kami
apakah kami hanya diam saja
atauakah kami melakukan pemberontakan diantara kaum kaum bangsa
geramkah para manusia laknat
tersentuhkah nurani p[ara kaum biujaksana ataukah kami hanyalah sebuah cerita berakhir di adegan tanpa ada kata tanya

tuhan
janganlah kiranya engkau hanya terdiam
pasangkanlah telingamu dihamparan langit biru
kami bernyanyi dan kami bermazmur
bukakanlah sedikit pengasihanmu
tawarkanlah tubuh kami dengan sedekat kematian
jadikanlah kami menjadi hamba hambamu
membelah samudera dan mengalahkan kegelapan
berikanlahn kami sesuatu yang sangat mustahil
bekali tubuh kami dengan beban beban yang melebihi dari berat tubuh kami
mungkinkah akhir dari segalanya
kasih mu yang kami nanti
cintamu yang kami tunggu
berikanlah sejenak sedekat kematian
kasih karuniamu mengalir selamanya tanpa terbatas
kami sambut dengan riang dan seruling kecapi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar