kemanakah langkah sang embun pagi
apakah terdengarnya nayanyian surga
yang meretas di kedua pipi yang merah
selalu terguncang di rindu yang bertepi
masih salalu saja topeng keindahanmu meratapi di haluan malamku
merindumu di balik purnama yang menghitam
mengiringi derap langkah sang pengcut tertancap di busung kerinduan
tiada cderita seprti yang dulu seperti gelombang lauatan dendangkan lagu rindu
di saat sang dewi memeluk pergi berkelana mencari sesuatu yang tersurat di atas kepala
apakah gerangan cinta inikan bersemi...
mengalir seperti sungai di efraim
menghibur para petani dengan benih yang melimpah
para dara menari dengan riang seiring irama biola
menanti musim panen yangkan bertabur seperti bintang di langit
aku hanya tersipu di selimut tidurku kupejamkan mata dengan untaian air mata
sekali lagi dalam pikirku
akankah rindu ini kan bersemi
adakah dia setia menanti kedatanganku dengan cintanya
atau akankah dia tlah berpaling menghujaniku dengan satu senyuman
mati adalah akhir dri hidupku
aku mati bila cintamu hilang
aku hidup berakar atas sajadah cintamu
aku takkan bisa
aku belum bisa oh kekasihku
aku belum bisa untuk kembali
nyanyikan lagu kesukaanmu di balik cerita dongengmu
yang kuananti setelah lelap rindu menyapa
mengapa dirimu seindah mentari mengapa dirimu menunjukkan kesederhanaanmu
meninggalkan tahta putri di kerajan
menjelma layaknya rakyat biasa
meniupkan bunga cinta yang terdiam di altar seribu dewa dewa
aku terpesona dan terbuai di atas cinta yang suci.
engkau hadirkan kisah cinta seperti di arwana
kisah yangkan hidup di sepanjang sejarah
cinta ini membawaku perjalanan seperti sang kesatria bertempur demi kehormatan negeri
menertawaiku dengan sebilah pedang
pedang yang terbasuh demi harga diri para pejuang
darah yang terlahir dari para pahlawan
dan mnati layaknya seperti sang p[angeran
dimanakah dirimu kekasihku..
jika aku terlambat menggapai impianmu
sebelum ayam bernayayi disitulah akuy telah tertidur diatas altar kekalahan
adakah cinta ini yangkan menyalibku
menguburku dengan salib kekalahan
aku mati karena khodrat cinta
adakah doamu bersamaku
adakah namaku engkau sebutkan sebelun di rimu tertidur di palamiananmu
apakah engkau tawarkan dirimu dengan puasa puasa
apakah aku harus bertanya pada sang bintang...
jiea ini mati dengan irimngan kepusasaan
satu persatu keraguan datang menghantui
menghentikan langkahku dengan kemalasan
dah setahun engkau menanti
lelahkah engkau memprjuangkan rindumu
tabahkah engkau mendengar ocehan sahabatmu
menghasutmu dengan kata kata yang gila
meracuni nadimu membunuh namaku
menghardikkan wajahmu berpaling menjauh meninggalkanku
keraguanmu aku takkan kembali lagi......
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar