jika waktunya aku mati
jika angin tak lagi sedamai lautan
buat apa aku bertanya pada gelombang
kabar apa yang dia bawa untuk hati yang luluh di hamparan kekalahan
kuhanya sebatang dengan insan yang tertawar di tanah yang gersang
alam tak lagi mampu untuk bercerita
mengenang masa yang lampau dengan tawa
bersama air mata kita hanya mengharap
terbentang di harapan menjelma menjadi halangan
air tak lagi sejernih cakrawala
bualan tentang singasana menjadi penghibur hati yang lara
jauh di kala mentari di ufuk tertiur menyeringai
menanati fajar menyapa dengan mimpi yang terdiam di altar para pemerkosa
siapakah kita....
aku tak merasa sep[erti indonesia
begitu juga burung garuda
hanya terbang ke langit tak di ijinkan berpijak
terlalu lama kita terpesona
manisnya bualan si tuan bijak
terhipnotis akan mewahnya si harmoni
terlelap hingga tak pernah mengerti
kita pernah punya sebuah cerita di dunia
debu menjadi sahabat terbaik
di pelukan malam di hamaparan warna pelangi
masih ada sebuah bayangan semu
menjalar di saku baju tentang sebuah kemenangan
harga diri menjadi detik sebuah akhir tanyaku
kemanakah para kaum susah
gertakan di kiri dan di kanan tubuhku
semangati napasku terlempar ke dasar neraka
moral mu dimana para biadab
dakah saudara tahu bintang enggan bersinar
meski langit terang dengan laksana bulan
aku terheran melihatmu para kawanan
kemana semua mimpi anak negeri
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar