Sabtu, 12 November 2011

sang penyair

aku dikatakan adalah awal dri sebuah pertanyaan hati,jiwaku melayang seperti bintang dilangit kadang terang kadang tak terlihat dan kadang pergio seperti pengecut bahkan kadang ak tidak bersinar karena keangkuhan sang bulan kadang memperkosaku.lihat dan rasakanlah ,air dan udara berdamai tawanya menaklukkan para raja raja untuk selalu berdiri di bukit bukit doa mengucapkan kata kata yang terlahir dri kalbu berlutut kepada pemilik segalanya yang tidak bangga dengan apa yang dia lakukan,menjadi bagian dari keinginan itu lah yang ada dipikirannya.sunyi malam kadang juga menjadi batu sandungan bagiku,ketika dinginya menjalin ikatan dengan alam membuka mataku untuk terbawa dalam ingatan masa masa lalu dikala kecil di kampung desa tanah kelahiranku.namun tidakkah kita hanyalah sedekat kematian,kita beranjak merajai segalanya,memiliki permata yang berkilau di bawah kasur kita tapi apakah itu kan menjadi awal dri permulaan yang terhinggap seperti sang waktu diam dan tak bernapas menjadi saksi sejarah dan hilang dikala waktu itu juga menjadi bandit di gurun pasir,mengangkangi kita dengan falsafah pemberontakan yang namanya terdaptar di penjara penjara orang terbuang.semuanya terlihat begitu nyata bahkan kadang aku tertawa menapaki sisa hidupku yang terlair dari kaum kusam,berjuang layaknya sang patriot,berlari mengejar mimpi dibalik buku yang terpasung di kantung celana,uang adalah hak hakiki yang menjadi penguasa sejati yang mampu mengerahkankekuatannya untuk memperdaya manusia manusia yang buas seperti binatang.menghentikan darah yang mengalir dengan satu senyuman ketika uang adalah racun dunia yang mengalir dari suangi kecil di kota kota dimana airnya bersih mampu mengubah hidup dengan seikat jiwa mempertanyakan keilhaman surga dan neraka.tanpa batas meludahi kehidupan tak bermoral dihitannya dunia yang semakin tak menentu kemana akhirnya,kesombongan sudah menjadi sahabat terbaik bagi para insan,kemunafikan tlah bertapa di hati para manusia bijaksana,kerakusan tlah mengalirdi hati para pendeta ktik semuanya berjalan beriringan satupun tak mampu untuk menantang persengkokolan mereka sudah seperti jembatan,sambung menymbung dr anak cucu ke anak cucu bertahta.
kan kukenang di dalam sanubari dan kuingat di sepanjang sejarah,peristiwa peristiwa yang pernah hadir di bumi indonesia,ada cerita tragedi dimana bencana selalu menjadi topik pilihan ada kemunafikan bangsa ketika agama di perdebatkan ada kerakusan kaum intelektual yang otoriter berbicara lauaknya sang maestro yang menyimpan dalih dalih dunia menghina bangsa sendiri ada penghianata di barisan garda bangsa ketika kebiadaban para pejabat berdansa di altar altar para kezaliman semua beradu dengan argumentasi si kaum bodoh tertawa dan menahbiskan dirinya di sungai mahakam mungkin menjadi suatu pilihan.membisu layyaknya sang pengecut di bukit bukit doa,menyiratkan seseorang akan di kirm sang pencipta untuk mentahbiskan sesautu harapan di sepanjang kehidupan,yang terlahir dari perut ibu yang adil dan darahnya dialiri dengan kejujuran dimana tangan kanannya menggenggam erat pedang kebaikan dan di kirinya rantai bumi yang siap menghanguskan kaumsa bertanya ,berjilat liodah,berbohong,provokator penghancur bangsa dan sebagainya yang bisa membuat pancasula enggan untuk terbang di langit bumi nusantara
dimanakah kita kan mencari sesuatu kebijaksaan yang terlahir beralaskan kejujuran,apakah mereka bersembunyi jauh di pulau pulau,bertapa menanti saatnya merek untuk menyebar ,menawarkan sejuta kebaikan tersalib di depan rumah situan yang bejat,terdengarkah langkah sang pangeran yang berjalan dengan sandal yang terpampang di pinggang,yang tlah berjalan dari timur ke selatan dan begitu jg sebaliknya yang mengatakan bahwa tibalah saatnya kita mentahbiskan sebagian dari nama kita untuk di perdebaytkan di rumah rumah ibadah,menunnjuk salah satu diantara kita untuk menjadi pemimpin bangsa dan kita hanyalah bisa berharap sepenggal perjalanan kan indah rasanya meski nyawa anak bangsa tergadai diperangan melonjak dan bersama seperti layaknya serigala yang haus akan dendam dan merobek robek daging manusia yang sehat dan segar untuk dijadikan sembelihan anak bangsa.kita jadikan diri kita menjadi dinding dinding pemberontakan,kita berlari dari istana ke istana yang lain untuk mempertanyakan dimana hasil panen saudaraku yang kemarin,dimana rumah ibu ku yang kemarin dan dimana anak gadisku yang kemarin yang kau rampok dengan kerakusan serigala dan begitu jga kita layaknya darah di balas darah serigala yang kirim kerumahku kubalas dengan serigala yangkan kuhabisi di tahta istanamu.tatapi apakah kitakan keka;l selamanya ,jika kita membalas kejahatan dengan kejahatan,tidak saudaraku baiknya kita menbghitung hari dengan kita mempertanyakankehjaliman dosa dosa mereka dihadapan juri yang kita anggap suci,para ibu ibu dan anak anak yang mengerti tentang ilahi.kesabaran kita adalah ujung tombak pemberontakan,kita bergerilya bergerilya dari daerah ke daerah lain,kita membentuk imperialisme dan koloni koloni yang berajaskan kesukarelawan dan cinta tanah air .kita berlari dengan seiramana detak jantung menghadang ribuan tentara yang dibuat oleh pemerintah,kita mengajari anak kita apa arti dari ketuhanan,perang dan kebersamaan dan saling menghormati biar kelak kita kalah mereka mampu untuk melanjutkan apa yang sepantasnya mereka perjuangkan dan mereka tidak pengecut seperti kita dimana stngah hidup kita di jadikan oleh kaum intelek menjadi sapi perahan bangsa.terdampar di hamparan sebuah kejaliman bangsa dimana ketika para penguasa yang hanya bisa menyalakan api,membakar semua kesejahteraan rakyat,mereka para koruptor seperti hantu yang bergentayangan mencekik siapa saja yang bisa di cekik membuat sejarah untuk mereka bahwa mereka adalah binatang berbuli domba tapi singa di dalam jantungnya,si raja tega.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar