Senin, 21 November 2011

jaman osilo bambang yudhono

menari diatas awan bersama cinta yang tlah datang
merngkai kata di dalam nadi yang terdiam
seperti pujangga yang enggan lagi untuk memberontak
terzalimi jaman yang tlah berubah
dimana ketika kekayaan hanyalah sebuah patung
menawarkan kecantikan tetapi seperti ular ketika mata terpejam
hangat sedalam anggun nya mentari namun bisa menjelma dalam hitungan detik menjadi serigala
aku terpenjara dalam kubangan doa
didalam kesendirian kurobek kehormatanku
kengerian hati bercerita dalam syair menatap negeri tak lagi seperti bertuhan
merangsang kesombongan dan mengakari kejahatan,penghianatan,pembunuhan
bersama menerjang membentuk p[ersengkokolan yang maha dashyat
segenap jiwa menumpas kebaikan
sedikit saja pun tak di ijinkan mendekap
menggoeres manusia kebijaksanaan untuk diam serentak
begitulah adanya negeri
terpasung dlam keagungan tuhan
ribuan anak egeri bertelanjang dada terpapah dalam keharmonisan angin malam
bertatapan dengan seribu kenanaran
hampa dan kosong
haknya tlah dimerdekaan dengan kesia siaan
harga diri terbakar di altar kemewahan penatua agama
bijak hatinya berbaju kubah lentera yang terang
tpi hatinya berbicara kemunafikan di ruangan yang kosong
mencaci dan menjadi karang di hati yang penuh kedamaian
memperolok kemerdekaan orang orang bijaksana
dan menebar racun menghitamkan akan harapan dan tersimpan
menakuti anak bangsa
kelaknatan itu hadir menyapa
meneriakain kejaliman dengan sebuah doa dan harapan
harapan adalah napas yang mengalir mendekap sebuah mimpi yang datang dengan segala kemenangan
nmun membutuhkn penantian yang panjang
karena tak ada yang datang tanpa di pikirkan
dan baiknya lah kita untuk bersama untuk menjdi kerikil yang tajam
langkah bangsa tertancap tepat di atas sajadah pertiwi
siapapun berhak untuk berkata
apakah masih ada telinga untuk mendengar
bagi pertanyaan kami yang tarapung diatas samudera korupsi dan nepotisme
kemanakah langkah jejak century..
mengapa si gayus tertawa terpenjara di waktu tujuh tahun
dengan milyaran di lemari berkeramik soeharto
menerobos gelap ditambah si nazaruddin hitamkan langkah demokrat
presiden seprti unyil belajar mengaji
kitapun tertawa dalam selimut yang memerah
seperti gembala yang hanya terdiam di atas kegalauan sang penguasa
menertawai diatas kepala dengan sebilah pedang di tangan
keadilan yang diteriakkan yang datang perang
tua dan muda menjembatani kegelisan kekuasaan
dengan segenap kekuatan bertarung merebut kedamaian
semuanya hadir terhilang dalam satu jaman
yang namanya jaman sosoli bambang yudhono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar