Begitu hebatkah waktu yang di kala ini
Hebatnya membuatku mulutku gentar untuk menantang
Tanganku gemetar sking hebatnya
Stiap jaman di ganti dengan semboyan bru
Menciptakan lebih banyak dri pada menjalankan
membuat kita hanya terpaku diambang dua kehidupan
Pasrah akan nasib yng tlah diukir di nisan nisan di tanah lering
Tak ada lgi airmta
Tak ada lagi cinta
Semua tlah kembali ke alam sadar
Menanti mati adalah terbaik
Untuk kita renungkan
Sekali lagi mataku memerah tetapi tak segarang yg kemarin saudara
Ktika kehormatan ada diatas langit pertiwi
Kita berdiri bersama merongrong persaudaraan
Kutak melihat lagi manusia manusia gagah
Kutak melihat lgi manusia manusia yang siap mati
Dan kutak melihat lagi yang mau mati mememluk pertiwi
Satu persatu aku mengingati
Semanggi
Wajah mereka yang tak pernah habis di pikiranku
Apakah negeri terkubur ditangan pendatang baru yang mengerti sejarah
Kukan merindumu di seberang lautan kemiskinan
Saudara engkau dengarkah suara ini
Apakah engkau enggan tuk melawan
Apakah harga diri kerakyatan bisa dijilatin seperti sapi perahan
Kemana kalian saudaraku..
Kemana kalian para pengecut
Kemana kalian para penakut
Kemana kalian yang mengaku para demokrat
Pembaruan,sang nasionalis
Apakah klalian gentar menatap hentakan penguasa
Katakan padaku
Ungkapkan kepadaku
Apakah kita terlahir seperti para pengecut
Yang bertelanjang dada di pasar kerakyatan
Enggan aku menjawab semuanya
Kuhanya tertunduk lesu membusung ke tanah
Malu aku mengatakan
Benci aku untuk menyampaikan
Telingaku tlah menjadi karatan mendengar pendritaan bangsa ini
Di ujung dunia para nelayan enggan untuk berlayar
Para petani menunggu mati di sawah sawah yg kering
Mahasiswa terlahir seperti pengecut
Yg engganm untuk hidup
Dan kumasih teringat wajah mereka
Yang diam di rumput semanggi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar