Jumat, 09 Maret 2012

masihkah engkau mengingatnya kawan

Dibalik surya kugenggam sebuah cerita
Beralaskan mimpi kuterbangun dri kesesakan dunia
Terhimpit di dua jurang yang saling berselisih
Ketika kehidupan tersalib di kubah jalanan
Menghempaskan kepintaran dikantung celana

Kita pernah berbagi kawan
Ketika hujan masihkah engkau mengingatnya
Ketika kita bercerita tentang sansiro
Ditepian sekolah dengan keberanian yang tersingkap di balik celana
Butuh usaha untuk pergi kesana
Menapaki waktu yang tlah berani menghapus satu persatu
Mimpi mimpi yang tlah lama menertawai
Tak satupun kita tepati

Berdentang sepi di bawah awan kulihati lagi bintang yang berbarisan di langit malam
Terbayarkan sudah aku mencoba mengingati mimpi kita
Terbayarkah mimpumu kawan
Tak terdengar kabar drimu
Disanakah dirimu berteriak dengan kencang seperti dilapangan sekolah
Atau aku dan engkaupun menjadi sembelihan
Terkiyak di ambangan kekalahan
Mati adalah awal dri kepengecutan
Uang merah berserakan di laci laci para journalis
Enggan untuk berbicara lantang ttg keruntuhan kesejahteraan rakyat
Berdelimutkan cerita yang usang
Berkelana seperti orang gila
Yang bajunya wangi
Debupun malu untuk menyapa

Seribu kemalangan hadir menyapa
Terpenjara di barisan para puisi
Berharap orang jujur menyimak
Apa uang kukatakan dengan seribu kicauan
Masihkah engaku mengingat kawan
Ketika senja masih tersirat
Enggan untuk tertidur
Mendengar lagu kita
Dan semuanya seperti kertas yang tak lagi perawan
Krna aku bukanlah aku lagi
Ada hantu di dalam napasku
Menunggu mati adalah akhlaknya
Masihkah engkau mengingatnya kawan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar