Kepalaku tak biasanya mampu
Bertahan untuk menatap keningmu
Enyahlah pikiranku dari jelmaan wujudmu
Seperti angin yang benaran menamparku
Ingatkanku dlu perkasa seperti hutan
Kini darahku membanjiri pemikiranku dengan keengganaan hidup
Dulu pernah ada warna itu
Sekejap saja aku tlah terkesima
Ribuan puisi kuparkirakan di lubuk hatimu
Enggan aku bertanya
Enggan aku mempersoalkan
Kecantikanmu mengalahkan keagungan sang dirgantara
Burung pun hanya membisu
Kegilaanku terbawa dlm pemikirannya
Seperti inikah waktukan menjelang
Tersembunyi di kesombongan senyummu
Engkau bagaiakan debu
Sedikit saja beri kehangatan tetapi bisa menahan luka yang dlam
Membuunuh saja bagi orang yang tak mengerti pancasila
Aku terlahir dri cinta yang tlah pergi
Cinta itu terbawa di makam makam orang tuaku
Aku diajarkanya ttg falsafah negara
Aku di berkati dia dgn cinta yang tak pernah berhenti berbuah
Dan dendam itu tidak terpancar dri hidupku yang lunglai
Tiap waktu ak berubah menjadi bijaksana
Tiap jam aku berubah menjadi ksatria
Tiap hari napasku menjadi nafas kebenaran
Dan biarkanlah aku menancapkan pedangku ke langit nusantara
Berdiri di hadapan para pembelot bangsa
Bicara lantang dengan sdkit permainan
Dan di akhir hari dosa itu bisa terhapuskan
Dan biarlah semuanya menjadi kebanggaan
Di sini tak ada lagi kejujuran
Dan aku berdiri sprti tentara romawi
Terkubur dikubangan kejajahanaman penguuasa bamgsa ini
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar