Senin, 22 Februari 2010

sebuah penantian

jika aku adalah sang mentari
kukan terdiam di kaki para awan
menikmati sisa waktuku
ternyata ak telah jauh
dari rasa muda
berdiam diantara tepian pasir pantai
bertanya tentang realita sebuah keadilan
berlari bersama sang pemberani
mengaliri setiap insan yg bertanya
mengapa jiwa ini terasa tua
lama bahkan jantungku telah lama seakan berhenti
menunggu sebuah harapan
lahirnya jiwa yg baru
kesatria berbaju kesederhanaan
berpedang keberanian
dan bernapas pada sebuah arti kejujuran
selama ini yg terdiam di nrahim-rahim
wanita-wanita terhormat
menakuti jiwanya terlahir diatas sang pengecut
harapku diseribu tanyaku
akankah aku mati dengan terlahir kembali
adakah ygkanm enangisi nisanku
aku yg ditaklukkan di lapangan terbuka
dengan sebilah kejujuran
menaungi kedua tanganku
atau.................
akukan pergi dengan hampa di jantungku'
bisikan para penguasa dengan tawa meludahi jasadku
sibejat telah bersatu dengan alam
selamanya dengan pikiran gilanya
selamnaya menjadi peti mati yg terhina
hingga namanya terkubur seujung mimpinya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar