Terjebak di angkuhnya sang waktu
Terdiam seperti daun yg enggan menyapa bumi
Takutku dah sebesar kapal sinabung
Lusuh dan jijik ak menatapnya
Sekali lagi pulang dengannya
Dengan ratapan yang tak ingat di kepala
Tersusun rapi seperti jasad yang korban perang
Berbaur dengan aroma terapi menengadah ke atas langit
Kita hanya pasrah
Kebijakan sikaum usang gagah bersandiwara
Cengkeraman ketidakadilan begitu jebatnya membuat kita tak bisa $embaca
Apa yang harus kukatakan kepada kalian lautan
Sebongkah besi tua melangkah membelah samudera dengan kamar mandi banjir kotoran
Kemakmuran terbeli dengan keangkuhan jeritan si kaum pantai
Udara tersenyum bangga dengan lukisan emas
Sekali jentak tiba di tujuan
Punya harga diri tersematkan di senyuman wanita cantik
Miskin hina dan kaya sama rata di langit nusantara
Lautan nbergemuruh menandakan ombak berlarian
Dri ujung lautan pergi ke samudera
Dari samudera pergi entah kemana
Adilkah kita yang berjalan di rogsokan tua ini
Pelayannya sama seperti lintahnya di daratan julan nasi dengan jamur yamng menantang
Apakah ada sesuatu yang bisa dihargai..
Apakah hidup hanya sebatas sanjungan
Ketika tuan rumah sombongnya seperti hantu
Doaku biarlah samuderapun tahu
Membawamu ke bibir dasar laut
Kesombonganmu biarlaj diadili sang samudera
Waktukan menjadi akhir dri segalanya
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar