Rabu, 24 Agustus 2011

cerita usang

kuhanya mampu untuk membisu di balik sNG PUJANGGA
SYAIRKU TLAH MENYERUAK BAK SERIGALA DI LOLONGAN GETIRNYAS MALAM
NAPASKU TLAH BERUBAH SEKALI KALI DENGAN DENTUMAN MERIAM
MEMACU APA SAJA YANG TERSISA DI BALIK KERINGAT YANG MENDERU
AKU MASIH SAJA DIAM DIATAS SEBUAH KEBODOHAN
TERCAMPAK DI HAMPARAN DUNIA KOSONG
BERMIMPI SENJAKAN DATANG DENGAN SEJUTA KEDAMAIAN
AKANKAH ADA HARAPAN
AKANKAH SANG PENCERAHKAN terlahir
bangkit dari pintu pintu orang bijaksana
yang pedangnya dialiri suara keadilan
apakah ada yangkan mendengar setiap lafal kebobrokan negeri ini
si presiden hanya bisa terdiam di altar istana dengan kecapi melambai lambai layaknya seperti pengecut berpakaian wanita
menghibur si manusia bijaksana dengan kemarahan yang terpendam
kemanakah perginya si century
akankah diakan berpaling dari kebodohan bangsa ini
terdengarkah kemerdekaan si gayus
terabaikan dengan derap langkah komplotan penghianatan negeri
masih banyak lagi
hingga satupun berlalu seperti hantu
lapindo menyendiri dikamar bagasi mobil mewah
hotel berdiri layaknya seperti surga
kucing garong,kambing jantan ataupun itu berpesta dengan sekuntum keharmonisan
menerbarkan cinta yang terjual di tanah pegadaian
dan ical pun tersenyum di balik meja dengan dasinya memutih
berkaca di hamparan topeng yang di perdebatkan
ada tangis menyeruak hingga kini
suaranya melambai lambai terdengar lalu pergi
kembali sinazaruddin bak sampah yang tergadai di selokan
menghakimi si tikud tikus dengan kumisnya
membumi hanguskan kaum bijak dengan kecohan segelas kopi
hatipun tertawa semuanya terkubur di lemari besi
waktu hanya tersenyum di balik keserakahan anak bangsa
semuanya seperti harta karun yang tak terbeli
pergi begitu saja
dihapus sejarah situan susilo
si mega hanya terdiam disisi prabowo
seperti kakek dan nenek menanti hancurnya negeri ini

akankah ada ksatria dari siantar
pancarkan sejuta pelangi di pelupuk timur
menyambut sang mentari dengan untaian puisi puisi kedamaian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar