Senin, 24 Mei 2010

diana marisa

wajahmu luluhkanku dengan idealisku
ketika tuhan menuntunku menyambut senyummu
kuhanya diam di dinding dengan seribu kata
meneriakimu dengan genggaman kebenaran
kembali pulang adalah akhlak sejatinya
engkau terjang terjal jalanmu dengan gagah
dunia menangisimu dengan rindu sang ibu
derita akhir dengan napas yang luluh
diammu tanyaku
tangismu hanyalah naluriku

diana marisa kusebut namamu keisya
engkau terdampar di hamparan gunung singkarak
meletus dan meledak
meneriakimu dengan kata kata bijak
memakimu sprti para pilsapat
membunuhmu dengan serigala malam
di tangan tangan tua yng napsunya memindahkan gunung
mandikan tubuhnu dengan sejuta kenikmatan
beralaskan tanyaku...

diana marisa yang kukatakan hanya seketika pagi hari aku teringat dirimu
menanyaimu dengan sejuta moral
apakah dirimu masih bisa bertanya
apakah matamu tak pernah melihat pelangi
apakah ayat ayat suci itu hanya cerita kitab tua
apakah di hatimu terlukiskan tangis ibumu
jawablah dengan tangismu
kepalkanlah tanganmu dengan kata bertobat
bunuhlah aku jika ini terbaik
makilah aku dengan senyummu seperti \iblis
teriakilah aku dengan kata manismu
itu mauku dan kahir hidupku
yakinlah aku hanya di altar gereja
aku melihat pedihmu dengan hembusan napasku
bijaklah dengan hatimu

aku katakan dengan cinta selembut sang kapernaum
malaikatpun akan tersenyum
membuka tahtamu yang hilang
bersujud dialtarnya di nuansa surgawi
sujudkanlah di seribu doamu
bertanyalah dimana engkaukan berdiri
ketika engkau terbangun dari mimpimu
aku pergi........
aku pergi takkan kembali
aku pergi dan kembali
bila napasmu berbau kebenaran
aku kan menjadi sang pujangga seperti yg engkau lukiskan
nyanyikan laguku hanya untukmu
manjakan tubuhnu dengan cinta di pelukanku
hingga kemtaian menyingsing di ufuk selatan
terbawa angin laut ke pematang desa

diana marisa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar