aku hanya likisan sang pengecut
yg mengalir di atas tahta sang pengemis
sujud di altar kebodohan
diam menepi seperti pasir di tepi selokan
menanti arus pasang menerawang terbentang ke angan angan
angan itu tertanam entah kemana satu persatu hilang seperti century
meneriaki maling dengan sebutan langlinglung
membingungkan telinga si bodoh di selokan
menangisis derap langkah pemulung waktu
bergantung di jalan kerikil
dari jaman hingga matahari terbenam
negeriku melangkah kaki seribu
langkahnya terdengar membisingkan si durjana
penggusuran ........
rumah yg bermimpi anak nak bangsa
tergadai di hitam nya senyum sang penguasa
berakhir di perempatan jalan
koran......koran tak berijasah
semuanya seperti wangi permadani
suara suara merdu beraroma duniawi
tertawanya si tante girang
pelacur jadi barang oplosan.....
aku hanya diam di selokan pasir putih adalah pahlawan terbaikku
menantang di jalimi sudah biasa
si kaya berkaca di dinding permata simiskin berlutut di altar penantian
negeriku tertanam di selokan selokan gedung senayan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar